seseorang
Senin, 07 September 2015
Babak baru dalam hidupku
Senin, 22 Juni 2015
Perjalanan awal menapaki universitas kehidupan
Senin, 26 Agustus 2013
BERBAGI
Senin, 25 Juli 2011
sebatang LILIN HARAPAN
Ya Tuhan, aku tak tahu aku berada di mana saat ini. Aku merasakan sakit luar biasa di sekujur tubuhku. Perih yang menerpa kulitku juga tak tertahankan. Aku tak tahu apa yang terjadi denganku, yang lebih parahnya lagi, aku merasa sendirian. Semua harus kujalani dan kutanggung sendiri. Tak ada yang membantu untuk mengobati lukaku, tak ada seorangpun yang membantu untuk membebat luka di tubuhku. Bahkan tak ada seorangpun yang bersedia untuk melihat barang sejenak ke arahku dan melihat keadaanku yang terkapar, terluka bahkan nyaris tak bernyawa. Hanya sebuah lilin yang aku punya dan tetap tergenggam erat di tanganku, dengan melihat cahanya saja aku sudah merasa lebih tenang dan percaya kalau semua akan baik-baik saja. Tapi, lihatlah..sinarnya meredup dan meredup. Aku tak tahu apakah mataku sudah tak mampu lagi untuk melihat cahayanya atau memang tubuhku tak lagi dapat merasakan kehangatan yang ia pancarakan. Aku berharap kesalahan terjadi pada mataku, ya pada mataku. Karena IA yang memberikan lilin ini pernah berbisik dan menjanjikan sesuatu padaku, sesuatu yang membuatku tetap bertahan sampai saat ini. IA mengatakan “lilin ini akan tetap menyala, bersinar, memberi kehangatan dan tak akan pernah padam atau pun meninggalkanmu..” Entahlah, awalnya aku tak yakin, namun setelah melewati perjalanan panjang, berliku, melewati hujan badai aku mulai PERCAYA, kata-kataNYA benar. Lilin ini dikirimkan untuk menerangi jalanku, menghangatkanku dan menemaniku sepanjang jalan yang curam, berliku dan penuh kerikil.
Seandainya aku boleh bertanya...
Tuhan, kenapa aku dikirim ke tempat ini ? Tidak cukupkah sakit yang kualami selama ini?? Untuk lima proses yang tak pernah kuinginkan kemarin, aku masih kuat melewatinya..tapi saat ini..aku ingin menyerah TUHAN..
Tapi entah kenapa...dengan adanya sebatang lilin yang ENGKAU kirimkan untukku, aku merasa aku mampu melewatinya. Bahkan aku percaya setelah ini, aku akan melihat dan merasakan indahnya PELANGI yang ENGKAU sudah JANJIKAN untukku. Aku yakin ada sebuah sukacita yang menantiku di balik hutan kelam ini...Aku yakin selalu ada secercah harapan dan jawaban untukku. Aku yakin..
Oh ya..terimakasih TUHAN untuk sebatang lilin yang boleh ENGKAU kirimkan untukku..aku akan menjaganya..
Aku PERCAYA dan akan tetap PERCAYA pada rancanganMU
-ien-
Jumat, 27 Mei 2011
Semua Tuhan yang menentukan Nyah...
Siang itu aku memutuskan untuk pergi menghabiskan waktu di sebuah mall daerah Jakarta Selatan. Jarum jam masih menunjukkan pukul 3 sore dan itu artinya, aku masih harus menunggu 3 jam lagi. Aku pergi ke sebuah kafe yang menjadi tempat favoritku. Aku melihat berkeliling dan berharap mendapatkan tempat duduk di ujung namun ternyata tempat itu sudah penuh. Akhirnya aku duduk di dekat pintu masuk dan memesan segelas minuman. Aku membuka kertasku dan mencoba menuliskan sesuatu. Tak lama setelah aku duduk, datanglah seorang ibu dan anak duduk di meja sebelahku. Awalnya mereka sibuk membuka barang belanjaan milik mereka dan mengomentari barang-barang tersebut sambil memberikan komentar. Tak lama setelah itu, ponsel si anak gadis yang (kalau aku tidak salah dengar) bernama Keke berbunyi. Ia berjalan menjauh dan mengangkat ponselnya. Perhatianku teralih kepada aktivitas yang mereka lakukan. Entah kenapa kegiatan yang mereka lakukan menyita perhatianku. Setelah Keke mengakhiri pembicaraan, ia pun kembali duduk dan menghabiskan minumannya. Tiba-tiba wajah ibunya terlihat dingin dan Keke seolah menyadari perubahan raut wajah ibunya. “Mama sudah bilang. Mama gak setuju kamu tetap berhubungan sama dia. Kenapa susah banget dikasih tau sih? Kita itu sama dia beda nak. Mama papa orang sukses, sedangkan dia? Dia kerja aja gak jelas. Kuliah pun belum selesai-selesai. Kamu mau masa depan kamu hancur? Pikirin baik-baik Ke. Masih banyak pria lain yang lebih baik dari dia.” Aku agak kaget mendengar kata-kata yang keluar dari mulut sang ibu. Aku tak mengira sang ibu yang berwajah ayu, tenang dan berwibawa ini mampu mengeluarkan semua kata-kata itu. Rentetan kata-kata yang menurutku telah melukai perasaan si anak. Aku mencoba melihat raut wajah si anak, dan aku lihat ada bulir-bulir air mata keluar dari bola matanya. “Ma, aku sama Aa udah 2tahun. Aku pacaran sm Aa ga main-main. Aa bulan depan lulus kok ma dan Aa udah keterima kerja. Mama ga pernah tahu tentang Aa. Aa bukan kayak yang mama bilang. Kuliah dia lama selesai mama tau kenapa? Mama gak pernah nanya Keke kan? Dia nyekolahin adeknya bantu mama papanya. Penghasilan mama papanya ga cukup buat kebutuhan hidup Aa sama adek-adeknya jadi Aa bantu orang tuanya. Sama Aa, Keke diajarin cara menghargai hidup ma, cara mensyukuri rezeki yang Tuhan kasih. Sesuatu yang Keke ga pernah dapet dari mama papa. Sama keluarga Aa, Keke ngerasa nyaman ma. Mama Papa Aa bener-bener kayak orang tua yang sesungguhnya, orang tua yang jadi teladan buat anak-anaknya dan selalu ada buat anak-anaknya. Mama papa? Kapan mama papa ada di rumah buat Keke? Keke sendirian ma. Temen Keke cuma mbok Ipah sm pak Tarjo.” Setelah itu aku tak mendengar sebuah kata pun keluar dari bibir sang ibu maupun si anak. Yang aku dengar hanya suara tangisan dari si anak.
Sebenarnya aku tak suka ikut campur dan mendengarkan masalah orang lain karena masalahku sendiri pun sudah cukup membuatku pusing. Namun yang tadi benar-benar sebuah ketidaksengajaan. Aku memutuskan untuk pergi dan mencari tempat lain untuk menghabiskan waktu. Aku melihat ke arah Keke sebelum beranjak pergi. Ia menutup mukanya dengan kedua tangannya Dalam hati aku berfikir dan berkata..
“Anda boleh saja berkata ini itu, merencanakan begini begitu. Tapi jangan lupa, ada IA sang pemilik kehidupan. IA telah merencanakan semuanya dan membuat semua yang IA ciptakan berjalan begitu baik dan indah. Mungkin banyak hal yang tidak anda mengerti terjadi dalam kehidupan. Namun percayalah semua sudah IA buat dan atur sesuai rencanaNYA.”
“Jika saat ini anda merasa bahagia dan merasa bangga dengan apa yang anda miliki, cobalah bersyukur dan sadari bahwa semua yang anda miliki saat ini hanyalah titipan dariNya. Jangan menjadi congkak dan tinggi hati dengan semua yang anda miliki. Dalam sekejap, semua bisa diambil olehnya..Kita hanyalah seonggok debu dan tanah, tak lebih dari itu.”
Oh ya, sebelum aku pergi aku sempat menyelipkan kata-kata ini dalam sebuah tisu ke meja tempat si ibu dan anak itu duduk..
“Jodoh dan rezeki itu semua TUHAN yang atur Nyah..Kita Cuma bisa minta dan berencana..sisanya serahkan sama Tuhan..Dia lebih tahu dari kita..dan gak selamanya kita hidup di atas..akan ada saatnya kita di bawah..Jadi jangan ngerasa bangga sama apa yang udah kita punya..Itu titipan Tuhan Nyah..”
Aku melenggang dengan pelan, dan dari kejauhan aku melihat orang yang aku tunggu sejak tiga jam lalu berjalan ke arahku. Aku mempercepat langkahku dan ia juga melakukan hal yang sama. Saat berhadapan dengannya, aku menatap wajahnya untuk beberapa saat dan ia membelai lembut wajahku. Ia menggenggam erat tanganku seolah mengerti arti tatapan mataku dan merangkul lembut bahu mungilku. Kami menikmati suasana senja berdua dengan penuh rasa syukur, dengan apa yang kami miliki. Dalam hati aku bersyukur dan mengucapkan ribuan terimakasih untuk setiap peristiwa yang boleh terjadi dalam hidupku. Bahkan untuk jutaan tetesan air mata yang diizinkan keluar dari bolamataku, aku pun mengucapkan terimakasih. Juga untuk seseorang yang saat ini sedang merangkul bahuku sambil menggenggam erat tanganku. Terimakasih untuk semuanya ya Tuhan, sang pemilik kehidupan..
Senin, 25 April 2011
Soulmate
Pagi itu di lantai 11 gedung KW, aku dan temanku sedang suntuk mendengarkan ceramah dari dosenku. Sebenarnya materi yang ia berikan menarik, tapi mungkin sudah terlalu lama kami duduk di kelas akhirnya kami merasa jenuh. Tiba-tiba Munda ( teman TK ku yang hilang dan kutemukan kembali) menceritakan kepadaku tentang sebuah cerita yang singkat namun menarik. Begini ceritanya :
Tentang SOULMATE :
Zaman dahulu kala, manusia memiliki 2 kepala, 2 pasang tangan dan 2 pasang kaki. Manusia saat itu hidup sudah bersama dengan pasangannya masing-masing, jadi sangat kecil kemungkinan bagi manusia pada saat itu untuk memiliki kekasih lain. Keadaan pada saat itu sangat damai dan tenang. Hingga suatu saat, seorang Dewa Yunani merasa terganggu dan takut keberadaannya tidak diakui. Ia akhirnya memutuskan untuk memotong dan membelah manusia. Ia memutuskan bahwa manusia hanya memiliki 1 kepala, 1pasang tangan dan 1pasang kaki. Banyak Dewa Yunani lain yang tidak setuju, namun apa boleh buat. Keputusan sudah diambil. Akhirnya manusia dipenggal dan akhirnya manusia hanya memiliki 1kepala, 1pasang tangan dan 1pasang kaki. Dewa Yunani tersebut juga mengatakan bahwa “Manusia akan kesulitan untuk menemukan soulmate (belahan jiwa) mereka..”
Dan itulah kenapa sampai saat ini, tak jarang manusia harus terluka saat mengasihi seseorang bahkan disia-siakan saat mengasihi dengan tulus. Jangan takut. Kita bertemu dengan orang yang salah, maka kita akan bertemu dengan orang yang benar. Tetap sabar, tetap berdoa. Percayalah akan ada seseorang yang nantinya menjadi pasangan kita..
Ceritanya singkat dan unik. Tapi cerita ini setidaknya mengingatkan aku untuk menyadari bahwa ada duka, ada suka. Ada gelimang air mata, ada gelimang bahagia.. Aku yakin..Indah pada waktuNYA.
April milik kita, 2011