Jumat, 27 Mei 2011

Semua Tuhan yang menentukan Nyah...


Siang itu aku memutuskan untuk pergi menghabiskan waktu di sebuah mall daerah Jakarta Selatan. Jarum jam masih menunjukkan pukul 3 sore dan itu artinya, aku masih harus menunggu 3 jam lagi. Aku pergi ke sebuah kafe yang menjadi tempat favoritku. Aku melihat berkeliling dan berharap mendapatkan tempat duduk di ujung namun ternyata tempat itu sudah penuh. Akhirnya aku duduk di dekat pintu masuk dan memesan segelas minuman. Aku membuka kertasku dan mencoba menuliskan sesuatu. Tak lama setelah aku duduk, datanglah seorang ibu dan anak duduk di meja sebelahku. Awalnya mereka sibuk membuka barang belanjaan milik mereka dan mengomentari barang-barang tersebut sambil memberikan komentar. Tak lama setelah itu, ponsel si anak gadis yang (kalau aku tidak salah dengar) bernama Keke berbunyi. Ia berjalan menjauh dan mengangkat ponselnya. Perhatianku teralih kepada aktivitas yang mereka lakukan. Entah kenapa kegiatan yang mereka lakukan menyita perhatianku. Setelah Keke mengakhiri pembicaraan, ia pun kembali duduk dan menghabiskan minumannya. Tiba-tiba wajah ibunya terlihat dingin dan Keke seolah menyadari perubahan raut wajah ibunya. “Mama sudah bilang. Mama gak setuju kamu tetap berhubungan sama dia. Kenapa susah banget dikasih tau sih? Kita itu sama dia beda nak. Mama papa orang sukses, sedangkan dia? Dia kerja aja gak jelas. Kuliah pun belum selesai-selesai. Kamu mau masa depan kamu hancur? Pikirin baik-baik Ke. Masih banyak pria lain yang lebih baik dari dia.” Aku agak kaget mendengar kata-kata yang keluar dari mulut sang ibu. Aku tak mengira sang ibu yang berwajah ayu, tenang dan berwibawa ini mampu mengeluarkan semua kata-kata itu. Rentetan kata-kata yang menurutku telah melukai perasaan si anak. Aku mencoba melihat raut wajah si anak, dan aku lihat ada bulir-bulir air mata keluar dari bola matanya. “Ma, aku sama Aa udah 2tahun. Aku pacaran sm Aa ga main-main. Aa bulan depan lulus kok ma dan Aa udah keterima kerja. Mama ga pernah tahu tentang Aa. Aa bukan kayak yang mama bilang. Kuliah dia lama selesai mama tau kenapa? Mama gak pernah nanya Keke kan? Dia nyekolahin adeknya bantu mama papanya. Penghasilan mama papanya ga cukup buat kebutuhan hidup Aa sama adek-adeknya jadi Aa bantu orang tuanya. Sama Aa, Keke diajarin cara menghargai hidup ma, cara mensyukuri rezeki yang Tuhan kasih. Sesuatu yang Keke ga pernah dapet dari mama papa. Sama keluarga Aa, Keke ngerasa nyaman ma. Mama Papa Aa bener-bener kayak orang tua yang sesungguhnya, orang tua yang jadi teladan buat anak-anaknya dan selalu ada buat anak-anaknya. Mama papa? Kapan mama papa ada di rumah buat Keke? Keke sendirian ma. Temen Keke cuma mbok Ipah sm pak Tarjo.” Setelah itu aku tak mendengar sebuah kata pun keluar dari bibir sang ibu maupun si anak. Yang aku dengar hanya suara tangisan dari si anak.
Sebenarnya aku tak suka ikut campur dan mendengarkan masalah orang lain karena masalahku sendiri pun sudah cukup membuatku pusing. Namun yang tadi benar-benar sebuah ketidaksengajaan. Aku memutuskan untuk pergi dan mencari tempat lain untuk menghabiskan waktu. Aku melihat ke arah Keke sebelum beranjak pergi. Ia menutup mukanya dengan kedua tangannya Dalam hati aku berfikir dan berkata..
“Anda boleh saja berkata ini itu, merencanakan begini begitu. Tapi jangan lupa, ada IA sang pemilik kehidupan. IA telah merencanakan semuanya dan membuat semua yang IA ciptakan berjalan begitu baik dan indah. Mungkin banyak hal yang tidak anda mengerti terjadi dalam kehidupan. Namun percayalah semua sudah IA buat dan atur sesuai rencanaNYA.”
“Jika saat ini anda merasa bahagia dan merasa bangga dengan apa yang anda miliki, cobalah bersyukur dan sadari bahwa semua yang anda miliki saat ini hanyalah titipan dariNya. Jangan menjadi congkak dan tinggi hati dengan semua yang anda miliki. Dalam sekejap, semua bisa diambil olehnya..Kita hanyalah seonggok debu dan tanah, tak lebih dari itu.”

Oh ya, sebelum aku pergi aku sempat menyelipkan kata-kata ini dalam sebuah tisu ke meja tempat si ibu dan anak itu duduk..

“Jodoh dan rezeki itu semua TUHAN yang atur Nyah..Kita Cuma bisa minta dan berencana..sisanya serahkan sama Tuhan..Dia lebih tahu dari kita..dan gak selamanya kita hidup di atas..akan ada saatnya kita di bawah..Jadi jangan ngerasa bangga sama apa yang udah kita punya..Itu titipan Tuhan Nyah..”

Aku melenggang dengan pelan, dan dari kejauhan aku melihat orang yang aku tunggu sejak tiga jam lalu berjalan ke arahku. Aku mempercepat langkahku dan ia juga melakukan hal yang sama. Saat berhadapan dengannya, aku menatap wajahnya untuk beberapa saat dan ia membelai lembut wajahku. Ia menggenggam erat tanganku seolah mengerti arti tatapan mataku dan merangkul lembut bahu mungilku. Kami menikmati suasana senja berdua dengan penuh rasa syukur, dengan apa yang kami miliki. Dalam hati aku bersyukur dan mengucapkan ribuan terimakasih untuk setiap peristiwa yang boleh terjadi dalam hidupku. Bahkan untuk jutaan tetesan air mata yang diizinkan keluar dari bolamataku, aku pun mengucapkan terimakasih. Juga untuk seseorang yang saat ini sedang merangkul bahuku sambil menggenggam erat tanganku. Terimakasih untuk semuanya ya Tuhan, sang pemilik kehidupan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar