Selasa, 29 Maret 2011

"kita"


Umur kita hanya terpaut tiga hari.. dan mungkin hal itulah yang menyebabkan kita sering terlibat pertengkaran karena hal-hal sepele.. Lucunya..setiap kita bertengkar, pasti penyebabnya adalah hal-hal sepele yang sebenarnya tidak penting..

Aku masih ingat Selasa itu. Aku menamakannya Selasa kelabu..

Selasa itu aku benar-benar pusing tujuh keliling dengan tugas dan kegiatanku, ditambah lagi sikap kamu yang terkesan menjauh dan dingin kepadaku...Kepalaku pusing bukan main..masalah yang satu belum selesai namun masalah lain sudah datang menanti untuk diselesaikan.. Saat itu aku hanya bisa menangis dan berdoa.. Aku merasa letih dengan semuanya.. Sifat burukku selalu muncul setiap kali aku merasa letih,ketakutan dan bersalah. Aku menangis sampai tertidur.. Aku akan berhenti menangis sampai aku merasa semuanya baik-baik saja.. Cengeng..yaa..itulah aku...

Malam itu aku berfikir semuanya hancur berantakan hanya karena pikiran pendek dan tak beralasan dariku.. Seharusnya malam itu kita bertemu seperti Selasa yang sudah-sudah, menghabiskan senja bersama, melepas rindu,menikmati mie goreng pak Bagong favoritmu, menonton film tanpa tahu alur sinopsisnya dan berbagi cerita sampai malam datang.. Biasanya tiap Selasa kita melakukan itu semua.. Tapi Selasa itu tak seperti biasanya, kita memutuskan untuk tidak bertemu.. Sebenarnya aku merasa janggal ketika itu namun ya sudahlah. Aku tak mau membuat itu menjadi masalah. Aku mencoba memendam dan menutupnya rapat-rapat.. Tanpa aku sadari semakin aku pendam perasaan itu justru ia akan semakin kuat memenuhi pikiranku. Hingga malam tiba, aku merasa kamu bersikap dingin kepadaku sampai kata-kata “tak beralasan” itu pun muncul dan pertengkaran hebat pun terjadi..

Seperti biasa, setiap kita bertengkar, pasti aku menyesal telah mengucapkan “kata-kata tak beralasan” dan biasanya akulah penyebab pertengkaran di antara kita.Ketika aku ingin meyelesaikan semuanya agar tidak berlarut-larut, kamu selalu menutup semua jalan untuk menyelesaikan masalah. Kamu seolah enggan menyelesaikannya cepat-cepat..Pintu maaf darimu terlalu sulit untuk kubuka..Pertengkaran semakin hebat..dan aku lagi-lagi melakukan kesalahan yang membuat kamu semakin marah... Aku kehabisan akal setiap kali kamu marah..

Pertengkaran masih berlanjut hingga hari Rabu.. Padahal kita punya janji untuk menyelesaikan masalah sebelum tidur..

Malam itu diadakan rapat di Gereja dan kamu mengatakan padaku bahwa kamu tak bisa datang karena masih banyak urusan kantor yang harus diselesaikan..Aku sedih mendengar kabar darimu namun aku tetap berharap kalau kamu akan datang. Dalam hati aku berdoa agar urusan di kantormu cepet selesai sehingga kamu bisa datang... Doaku dikabulkan. Saat aku keluar pagar rumah, Pangeran naga datang dengan kuda Mio miliknya.. Hatiku berlonjak girang namun ekspresi wajahku hanya datar.. Ingin rasanya aku berlari, ,melompat dan mencubit perut buncit milikmu namun aku “gengsi” melakukannya.. Sampai akhirnya ketika kita duduk bersebelahan kamu melempar sendal milikku. Aku menanggapi sikapmu dengan bersikap biasa saja.. Aku pun enggan melihat ke arahmu walau pun tak jarang kita curi-curi pandang.. Sampai akhirnya aku menawarkan diri untuk membeli konsumsi rapat dan aku meminta kamu menemaniku.. Kamu tidak menolak permintaanku dan tarrrrrrrrrrraaa.. “kita baikkan”. Tanpa perlu minta maaf (karena kamu bilang tidak suka kata maaf).. Aku hanya memegang pelan perut buncitmu saat naik kuda Mio milikmu dan semuanya langsung baik-baik saja.. Saat naik kuda Mio, kita berdua tertawa lepas, saling bercanda dan mengatakan menyesal..Aku ingat kata-kata kamu malam itu “ Aku kangen, makanya aku bela-belain dateng..” aku tersenyum simpul dan berkata dengan malu-malu “Aku juga kangen..jangan berantem lagi ya..” kamu elus dengan lembut kedua tanganku sambil berkata “iya..ga mau berantem lagiii...”


Berjanjilah padaku..takkan pernah ada lagi "Selasa kelabu seperti malam itu..."

Ahaaa..aku masih tersenyum membayangkan itu semua..

Untuk mereka yang terluka


Awal dari semuanya adalah saat mereka dipaksa mengakhiri hubungan dengan seseorang yang selama ini telah mengisi hati mereka masing-masing.. Awalnya hanya berbagi cerita, saling menguatkan, saling menyemangati dan entah kenapa seperti menemukan tempat berlabuh.. Seiring berjalannya waktu, keduanya sepakat untuk membuat sebuah cerita baru.. Berharap dapat mengobati luka hati bersama yang baru,, Ya..tujuan awalnya hanya mengobati luka hati, melupakan yang lama tanpa ada niat untuk berfikir jauh.. Menjalani hubungan sambil saling menguatkan.. Walau pun tak jarang di tiap malam, mereka menangis menahan perih meratapi kisah yang sudah berakhir.. Antara siap dan tidak untuk memulai sesuatu yang baru..

Entah di tahun ke berapa akhirnya mereka tersadar hingga akhirnya perasaan itu muncul, memenuhi rongga jiwa. Tak ada lagi air mata menangisi yang sudah berakhir, yang ada hanya rasa syukur karena dipertemukan dengan seseorang yang “sama-sama terluka” dan mereka yakin bisa menghargai setiap kebersamaan yang boleh tercipta..

Semuanya berjalan begitu mulus.. Hubungan jarak jauh tak menjadi masalah..

Jakarta-Jogja bukan penghalang untuk kisah mereka..Bahkan Jakarta-Jogja menjadi saksi kisah mereka.. “Waktu,jarak takkan sanggup memisahkan kami” kira-kira seperti itulah kata-kata yang pas menggambarkan kebersamaan mereka.. Saling membutuhkan,saling mengerti,saling menjaga dan saling berjanji takkan menyakiti...

Namun entah kapan juga..semuanya tiba-tiba berubah...Janji-janji, masa-masa indah itu seperti hilang,lenyap seketika tak berbekas...Bagaikan tak pernah terjadi...

Satu berniat untuk mempertahankan hubungan sementara satu seperti enggan melanjutkan hubungan..tanpa alasan..tanpa sebab jelas...

Hubungan yang dibangun dengan perasaan sama-sama terluka..harus berakhir dengan menyakiti yang lain..dan baru terungkap bahwa, ada yang “lebih” ideal dan “menarik” untuk dijadikan kekasih dan pasangan.. Semuanya terjadi dengan alasan “kamu berubah..kamu ga kayak dulu..kamu sekarang begini..kamu begitu..dan dengan berjuta alasan lainnya”. Intinya tetap satu “ingin semua ini segera berakhir” karena di sana ada seseorang yang lebih menarik...

Sementara di sisi lain, yang satu, menangis..membenahi hati.. menguatkan diri sendiri sambil mencoba tetap berdiri tegar dan menjalani semuanya sendiri.. sambil bertanya dalam hati siapakah yang bersalah? Berharap bahwa ini semua hanya sebuah mimpi.. dan berharap agar segera tersadar dari mimpi buruk ini...

Kamu,,ya..kamu yang terluka..

Aku pun pernah merasakan “sakit, disia-siakan, tak dianggap bahkan di khianati..” dan memang itu terasa menyakitkan.. Tapi aku percaya, akan ada masanya bahwa semuanya akan baik-baik saja..” Akan ada masanya aku dipertemukan oleh Tuhan bertemu dengan seseorang yang menerimaku apa adanya, dengan semua kelebihan,kekurangan bahkan masa laluku yang menyakitkan sekali pun... dan aku percaya air mata yang sudah jatuh, menetes, akan Tuhan ubah menjadi tawa bahagia... Seperti yang Ia katakan “Indah pada waktuNya..dan aku meyakini dan mengAMINkan semua itu...Tetap tegar,,tetap kuat,,jangan putus asa..jangan kecewa..”

Kali ini khusus untuk kamu...Tuhan memberkatimu...

Selasa, 22 Maret 2011

Maret kelabu



Tulisan kali ini aku tulis berbeda dengan yang sebelumnya. Kalau sebelumnya aku bergelimang bahagia, maka kali ini aku berlinang air mata.



Entahlah, hanya saja terasa berat kali ini..

dan semua terasa begitu menyesakkan dan menyakitkan..


Berhenti berkubang dengan kenangan masa lalumu. Yang ada di hadapanmu saat ini adalah tokoh baru. Tokoh yang takkan pernah bisa kamu samakan dengan siapa pun. Jika kamu tetap berkubang dengan kenangan masa lalu, maka sampai kapan pun kamu akan tetap menutup diri kamu untuk kebahagiaan yang seharusnya kamu terima. Kamu menutup diri karena kamu terlalu takut jatuh, terluka dan menangis karena disakiti dan dikecewakan. Jika kamu tak tahu bagaimana sakitnya jatuh, maka kamu tak akan pernah tahu bagaimana bahagia dan bangganya bisa berdiri sendiri setelah jatuh. Jika kamu tak pernah terluka maka kamu takkan tahu apa arti dari sebuah obat dan kesembuhan. Jika kamu tak tahu sakit dan kecewa maka kamu takkan pernah tahu arti sebuah ketulusan dan bagaimana menghargai sesuatu. Tolonglah buka mata dan lihat siapa yang saat ini berdiri di hadapanmu. Buka telinga dan dengarkan setiap kata-kata yang keluar dari bibirnya. Buka hati dan rasakan ketulusan yang coba ia tawarkan untukmu. Berhenti menutup diri dan menjadi orang lain. Kamu boleh saja menyisakan sedikit ruangan untuk kecewa tapi jangan lupa siapkan juga sebuah ruangan untuk sebuah harapan. Bermimpi itu tidak salah selama kamu berada di jalur yang tepat dan kamu melakukan sesuatu untuk memperjuangkannya. Selamat menikmati proses kehidupan. Ikuti kata hatimu dan ia akan menuntunmu, jangan lupa tetap berdoa padaNya.

p.s. : kamu tahu kenapa di setiapa akhir pesan yang aku kirimkan selalu ada kata GBUs dan buka Gbu? Karena aku berharap Ia memberkati kamu,aku dan hubungan kita.. Itu saja J


Minggu, 13 Maret 2011

si muda dan si besar


Mengaku keduanya saling menyayangi. Mengaku keduanya saling membutuhkan. Mengaku saling merindu ketika tercipta jarak. Namun entah mengapa tak jarang (masih) keduanya terlibat pertengkaran yang sebenarnya merupakan hal sepele dan tidak perlu dibesar-besarkan. Si muda sibuk meminta maaf sementara si besar “seperti” enggan untuk tetap memberikan maaf. Bahkan tak jarang si muda terkesan mengemis dan menangis karena pertengkaran tersebut. Si muda ingin dimengerti dan dimanja sementara si besar ingin si muda berubah lebih dewasa dan mengenali dirinya sendiri..

Rabu, 02 Maret 2011

Desember Muda


Desember muda

Suatu sore di atap sebuah gedung pencakar langit. Seorang perempuan dengan wajah ceria berjalan mencari tempat duduk kosong sambil sesekali tangan kanannya memainkan rambutnya yang terbawa angin. Ia menunjuk ke arah kursi yang terletak di ujung dan jauh dari keramaian. Sang pria berjalan dengan langkah mengikuti sambil sesekali tersenyum memperhatikan tingkah si perempuan. Si perempuan menghempaskan tubuhnya dengan tergesa-gesa. Tangan kanannya sibuk mencari barang dari dalam tasnya. Dengan cepat ia mengeluarkan tangan kanannya dari dalam tas dan keluarlah dompet, kamera dan telepon genggam miliknya. Saat sang pria duduk dan menghempaskan tubuhnya di kursi, pelayan pun datang dan memberikan menu. Si perempuan memberi tanda pada makanan dan minuman yang ingin dinikmati. Setelah itu ia sibuk berceloteh dengan ceria. Sang pria hanya tersenyum dan menyimak dengan seksama setiap kata yang keluar dari bibir si perempuan. Si perempuan bercerita tentang banyak hal dan sang pria sangat antusias menanggapinya. Mereka mengambil beberapa gambar menggunakan kamera digital milik si perempuan.

Terlihat dengan sangat jelas mereka saling mengagumi satu dengan yang lainnya. Mata sang pria tak henti-hentinya berbinar-binar mengagumi sang perempuan. Jika sang pria terang-terangan mengatakan melalui pandangan matanya bahwa ia mengagumi sang perempuan, berbeda dengan si perempuan. Ia hanya sesekali memberikan sinyal dan mengatakan dengan bahasa tubuhnya bahwa ia mengagumi si pria, itupun dengan sikap malu-malu.

Kini suasana berbalik. Sang pria asik melontarkan lelucon dan si perempuan tertawa tergelak. Saat pelayan datang membawakan makanan, sang pria bergegas pergi meninggalkan si perempuan. Sepertinya ia pergi ke arah toilet.Saat sang pria pergi, si perempuan asik menikmati pemandangan Jakarta saat senja. Tak henti-hentinya tangannya mengambil gambar menggunakan kamera digital berwarna silver miliknya. Ia tersenyum sendiri melihat hasil jepretannya. Ia amat menyukai senja. Saat di mana matahari mulai tenggelam dan gedung-gedung pencakar langit mulai menggunakan lampu-lampu dan ikut menghiasi suasana langit Jakarta. Ditambah lagi jalanan kota Jakarta yang mulai dipenuhi lampu kendaraan. Saat si perempuan sibuk dengan kamera digitalnya sang pria datang dari belakang dengan langkah berjingkat-jingkat membawa sebuah kotak berisi blackforest dan di atasnya sebatang lilin menyala. Sang pria menyanyikan “Happy Birthday” dengan suara terbata-bata dan malu-malu. Si perempuan hanya tersenyum dan ekspresi wajahnya saat itu sangat sulit untuk dijelaskan. Mukanya merah seperti tomat. Sang pria menyelesaikan lagu Happy Birthday dan meminta si perempuan meniupkan lilin sambil mengucapkan satu permintaan dalam hati. Si perempuan memejamkan mata dan meniup lilin. Sang pria meletakkan blackforest dan mengambil lilin dari kotak tersebut. Memberi isyarat kepada si perempuan untuk memotong blackforest. Si perempuan tak mengeluarkan satu kata pun. Sang pria terlihat salah tingkah. Tiba-tiba si perempuan meneteskan air mata dan sang pria terlihat bingung. Ia meminta maaf berkali-kali namun si perempuan hanya menangis tanpa menjawab atau pun menggubris permintaan maaf dari sang pria. Sang pria akhirnya diam dan mengeluarkan handuk dari tasnya dan menghapus air mata dari pipi si perempuan. Ia juga mengusap dengan lembut kepalanya. Tiba-tiba si perempuan tersenyum dan matanya berbinar-binar. Ia mengucapkan.. “Makasih ya?” masih dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Sang pria hanya tertunduk dan kali ini ia bingung harus bagaimana. Ia take mngerti harus berbuat apa. Bahasa tubuhnya mengatakan ia malu sekaligus takut. Si perempuan tiba-tiba memegang pelan tangan sang pria dan mengucapkan “Makasih banyak ya..Aku seneng banget..” Sang pria berdiri mengangkat wajah dan mengelus pelan kepala si perempuan. Ia bangkit berdiri dan menghapus air mata si perempuan. Sambil membelai mesra pipinya. Sang pria tak mengucapkan sepatah katapun, ia hanya tersenyum tanpa henti dan matanya kini kembali memancarkan binar-binar yang tadi sempat hilang.

Ternyata alasannya menangis adalah karena ia begitu bahagia sampai tak bisa mengucapkan sepatah kata pun ucap sang pria dalam hati. Sepertinya sang pria mulai mengerti perasaan dan bahasa tubuh sang perempuan seiring berjalannya waktu. Walaupun usia perkenalan dan kedekatan mereka memang belum berlangsung lama. Baru sekitar tiga bulan. Namun memahami dan mengenali si perempuan bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Si perempuan sangat supel dan terbuka. Begitu juga dengan sang pria. Ia mempercayai si perempuan dan tak jarang mereka berbagi tentang masalah pribadi satu sama lain. Mereka seperti sudah pernah bertemu sebelumnya namun selalu ada hal baru yang harus dipelajari dan menjadi kejutan di setiap harinya. Membuat kedekatan di antara mereka menjadi berwarna dan terlalu manis untuk dilewatkan begitu saja.

Sekitar pukul 17.25 warna langit Jakarta tak lagi jingga. Sang pria dan wanita menceritakan banyak hal. Mereka saling melemparkan senyum satu sama lain. Sang pria mengambil gambar kedekatan mereka berdua. Tapi gambar yang diambil begitu alami. Tak terlalu berlebihan. Saat mereka asik menikmati senja, tiba-tiba sang pria memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu.” Ini saat yang tepat” ucap sang pria dalam hati.

“Ren, aku mau ngomong sesuatu..” sang pria mengatakan dengan muka serius

“Ngomong apa ya?” jawab si perempuan dengan ekspresi datar

“Kita udah deket, udah kenal, dan aku ngerasa nyaman deket sama kamu.”

“Trus??” si perempuan terlihat mulai kurang nyaman dan membuang muka ke arah lain

Sang pria terdiam dan mulai bimbang. Tak tahu lagi harus berbicara apa. “Apa pun yang terjadi, aku harus mengatakan semuanya. Apa pun jawabannya.” Ucapnya dengan yakin dalam hati

“A..aku.. suka sama kamu.. Aku saa..yaang..kamu..Kamu mau jadi pacar aku?” sang pria menatap ke arah si perempuan berharap si perempuan mau menatapnya balik.

Si perempuan hanya diam dan matanya tak juga melihat ke arah sang pria. Ia hanya menunjukkan ekspresi datar dan tak bisa ditebak.

“Apa pun jawaban kamu, aku terima. Aku ga maksa kamu buat bilang iya..”

Si perempuan terdiam.. masih dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan.

Akhirnya mereka sama-sama diam. Sang pria menanti dengan sabar dan matanya tak juga berpaling ke arah lain, masih menatap si perempuan dengan was-was.

“Aku ga bisa bohong kalo aku juga nyaman deket kamu, tapi kamu tahu posisi aku saat ini. Kamu tahu aku siapa dan aku juga tahu kamu siapa. Kita sama-sama diliat orang, maksudku jadi sasaran empuk untuk perbincangan orang-orang. Bukannya aku menyalahkan keadaan dan latar belakang kita, namun untuk sesuatu seperti ini, harus dipikirkan baik-baik. Selain itu masa lalu kita sama-sama ga enak dan percaya ga percaya aku masih takut untuk memulai sesuatu seperti ini..” kata-kata yang keluar dari bibirnya begitu mantap dan mengalir dengan deras.

“Iya..aku tahu..tahu banget. Kita udah pernah ngomongin soal masa lalu kita. Tapi soal masa lalu, menurut aku lebih baik kita jadiin pelajaran aja. Trus soal latar belakang kita masing-masing, itu udah aku pikirin juga. Aku udah mikirin jauh soal itu. Sasaran empuk buat diomongin orang-orang? Itu wajar..kita sama-sama orang penting.. Tapi yang paling penting bagaimana kita melewati dan menghadapinya. Terserah orang mau bilang apa, yang tahu tentang kita ya Cuma kita dan Tuhan. Tapi apa pun jawaban kamu, aku ga maksa. Aku terima..”

“Kalo aku bilang ga bisa..kamu tetep baik sama aku? Kamu tetep mau jadi temen aku? Kamu tetep mau dengerin cerita aku? Kita tetep bisa share kayak kemaren-kemaren?” ucap perempuan dengan antusias

“Apa pun jawaban kamu, ga akan bikin aku berubah. Sikap aku bakal tetep ke kamu. Tetep sms kamu tiap pagi,siang sore dan malem. Kapan pun kamu mau share aku ada.” Sang pria mengucapkannya dengan mantap

Terdengar gombal namun sang pria mengatakannya dengan tulus dan bersungguh-sungguh.

“Maaf..maaf banget..tapi kayaknya aku ga bisa deh... Aku yang salah..selama ini..aku ngasih harapan dan sinyal positif ke kamu.. Tapi sekarang malah aku begini.. Aku jahat ya?” si perempuan mengucapkan dengan perasaan bersalah.

“No.. kamu ga salah.. Itu hak kamu.. Aku Cuma ngungkapin perasaan aku.. Berharap kamu juga punya perasaan yang sama kayak aku. Tapi kayak yang aku bilang di awal tadi, apa pun jawaban kamu, aku terima. Aku janji ga akan jauhin kamu.”

“Iya..aku ga bisa.. Maaf yah..”

“Iya..ga papa.. eh udah mau jam 6 nih. Kamu ada kelas kan ntar lagi? Aku anter kamu ke kampus ya? Trus aku pulang? Boleh?”

“Masih 15 menit lagi kok. Kenapa buru-buru mau pulang? Bete sama aku kan?

“No.. ga bete.. Cuma takut kamu telat.. Itu aja kok.. Aku mikirin kamunya.. kalo aku mah santai..”

“Tapi aku belum selesai ngomong..”

“Oh..iya.. maaf maaf. Mau ngomong apa?”

“Janji tetep temenan ya? Aku ga mau kamu berubah...” mengacungkan jari kelingking dan mengaitkannya ke tangan sang pria

“Iya janji..” mencoba tersenyum dengan raut muka yang sulit dijelaskan

“Gini..aku belum selesai ngomong De.. daritadi kamu langsung bilang ga pa-pa ga pa-pa aja..”

“Ha..? belum selesai.. aku kira udah.. Ya udah.. mau nomong apa?”

“Aku..bilang ga bisa..”

“Iya.. ga pa-pa..Aku udah tahu kok..” mencoba tersenyum

“Aku belum selesai...”

“Oh..okok..Maaf..Lanjutin..’

“Aku..juga nyaman deket kamu..aku suka kamu...aku mulai ada feel sama kamu..Tapi maaf..aku ga bisa..ga bisa..nolak...Aku ga bisa nolak buat jadi pacar kamu...”

“Ha..? Maksud kamu apa? Jangan bercanda ya.. Pliss.. Apa pun jawaban kamu ga papa. Jangan dipaksain..”

“No..i’m not kidding De.. Aku beneran.. Aku mau jadi pacar kamu.. dan aku ga ngerasa kepaksa..”

“Haa?? Jadi..kamu nerima aku?? Serius?? Beneran?? Ga bohong??”

“Iya... ga bohong..beneran.. tadi aku Cuma ngerjain kamu aja.. Maaf ya.. Biar seru...”

“Ahhaa..dasar kamu nakal...” sang pria mencubit pelan hidung si perempuan.. “Berarti sekarang kita jadian ya? Kamu jadi pacar aku?”

“Maunya gimana?”

“Ya iyalah....”

Sang pria tersenyum hangat dan matanya masih berbinar-binar menatap ke arah perempuan. Si perempuan menatap sang pria dengan tatapan tulus. Mereka melihat perjalanan hidup masih begitu panjang untuk ditempuh dan dijalani. Namun selama tangan tetap bergandengan, rasa menyayangi tetap menyelimuti, kesetiaan dijunjung tinggi, berjanji mewujudkan dan membangun mimpi bersama-sama, semua akan terasa lebih mudah dilewati...

Mereka meninggalkan tempat itu sambil bergandengan untuk yang pertama kali. Menikmati langit Jakarta dan temaram lampu yang menghiasi pemandangan kota. Sang pria membelai lembut kepala si perempuan sambil sesekali mencubit mesra pipinya.

Tetap berdoa dan serahkan semuanya pada yang Maha Kuasa. Percaya Ia telah siapkan sesuatu yang Indah untuk masa depanmu. Jangan lupa menjaga anugerah yang telah Ia berikan. Masa lalu jadikan sebagai pelajaran berharga dan tetap menatap ke depan, karena kita hidup untuk menata masa depan bukan menyesali masa lalu...

Selamat menjalani kehidupan dan menikmati setiap proses...

Jakarta, 2 Maret 2011