Sabtu, 14 Agustus 2010

Aku (masih) PERCAYA



"Semuanya pasti akan baik-baik saja..PERCAYALAH !!..ini semua terjadi untuk sebuah alasan dan tujuan..Jangan dulu berhenti berusaha..Jangan dulu lelah belajar..Jangan dulu putus asa.."

Kata-kata itulah yang sering kulontarkan pada orang lain saat mereka mengatakan bahwa hidup terasa begitu memuakkan dan membosankan..dan kata-kata itulah yang juga menjadi motivasi bagiku saat aku merasa di titik paling bawah dan bagian paling memuakkan..Biasanya..kata-kata itu bagaikan obat mujarab bagiku dan setelah aku membaca,,mengatakannya beberapa kali bagi diriku sendiri dan meresapinya..semua terasa akan baik-baik saja...Namun entah mengapa..kali ini semua terasa berbeda..Keadaanku tak juga membaik..Perasaanku tak juga pulih..Justru semua terasa semakin hancur..setelah itu aku akan sibuk mengenang masa-masa yang telah lewat dan sibuk menyalahkan diriku untuk setiap perbuatan yang telah kulakukan dan setiap kata yang ku ucapkan..Aku akan mengatakan "Seandainya saja saat itu..." lalu aku juga akan mengatakan "Ah..bodohnya diriku.." lau "Bagaimana mungkin itu semua terjadi??..." dan masih banyak penyesalan-penyesalan serta makian-makian lain yang akan mewarnainya..Aku merasa begitu menyesal dan sibuk mencari penyelesaian untuk masalahku..Hanya saja..semakin aku mencari penyelesaian dan jalan keluar..justru aku akan menemui jalan buntu dan semuanya terasa begitu menyakitkan dan menyesakkan..Entah mengapa..kali ini semua terasa berbeda..aku merasa ada yang berbeda dengan diriku dan semua yang terjadi seolah di luar batas kemampuanku...

Hanya saja..kali ini..aku akan mencoba lagi untuk mengucapkan

"Semuanya pasti akan baik-baik saja..PERCAYALAH !!..ini semua terjadi untuk sebuah alasan dan tujuan..Jangan dulu berhenti berusaha..Jangan dulu lelah belajar..Jangan dulu putus asa.." dan aku akan menambahkan "Tetap KUAT..Tetap TERSENYUM..Tetap BERSERAH dan Tetap PERCAYA.." semoga saja setelah aku membaca,,mengatakannya berulangkali,,merenungi dan meresapi serta mencoba melakukannya..semua akan terjadi BERBEDA dan semua akan kembali seperti sebelumnya...Ya..semoga saja..

Sabtu, 07 Agustus 2010

Sebuah Proses Kehidupan



Terimakasih untuk setiap hal

Masih jelas dalam ingatanku..

Pertengahan tahun 2005 mama menerima SK dari Moderamen yang menyatakan bahwa mama harus pindah dari GBKP Runggun Klender menuju GBKP Galaksi-Bekasi..Jujur..ada rasa enggan dan takut yang menyelimuti..Karena dari berita simpang-siur yang kudengar anak-anak GBKP Galaksi-Bekasi "kurang bersahabat dan sombong". Jujur..aku termakan dengan semua berita simpang-siur tersebut..

Namun saat itu aku tak ambil pusing..Toh hal tersebut sudah menjadi sesuatu hal yang biasa bagiku..sejak aku berusia 5tahun mama sudah dimutasikan 4kali ke tempat-tempat yang berbeda dengan suasana dan lingkungan yang berbeda juga..

Aku juga masih ingat saat usiaku 5tahun.. Saat itu aku tinggal di Cijantung dan mama harus pindah ke Depok..Aku meneteskan air mata dan memaksa kepada mama papa agar mengurungkan niat untuk pindah ke Depok. Namun mama dan papa ternyata sangat patuh kepada keputusan Moderamen dan tidak menggubris air mata yang menetes dari putri kecilnya..Karena menurut mereka keputusan Moderamen adalah sesuatu hal yang mutlak dan harus dipatuhi.. Papa berkata kalau memang mau bekerja di peken (ladang) anggur milik TUHAN, harus siap dengan semua yang dikatakan TUHAN..dan mama juga mengatakan bahwa dalam janji mama sebagai hamba Tuhan mama bersedia ditempatkan di mana pun..Hufh..semua pernyataan itu tidak memberi alasan apa-apa bagiku untuk mengelak dari perpisahan ini..dan perpisahan pun terjadi..walaupun saat itu usiaku masih 5tahun,tapi aku sudah tahu bahwa sesuatu yang dinamakan perpisahan akan membuatku bersedih..

Saat mama akan dimutasikan ke GBKP Galaksi-Bekasi pun aku sebenarnya mencoba tidak ambil pusing dengan berita simpang-siur tersebut,,toh aku juga akan tinggal jauh dari kedua orangtuaku pikirku dalam hati..setelah lulus SMA pun aku berniat untuk melanjutkan pendidikan di Jogja mengambil jurusan Theologia mengikuti jejak mama..Jadi aku tidak akan bertemu dengan Permata GBKP Galaksi-Bekasi.. Itulah pikiranku pada pertengahan tahun 2005..

Saat mama dimutasikan, aku masih duduk di bangku kelas 2 SMA yang letaknya di Jawa Tengah..Aku memilih untuk melanjutkan pendidikan di sebuah desa terpencil yang jauh dari keramaian kota.. Aku melakukan ini karena merasa sudah jenuh untuk terus beradaptasi dan berpindah-pindah sekolah..Bayangkan saja..saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar,,aku harus berada di 3 sekolah yang berbeda karena mutasi mama yang tidak bisa dihindari…Hal itu membuatku agak letih untuk terus beradaptasi..Hidup jauh dari orang tua memang bukan hal yang mudah. Aku dipaksa untuk mandiri dan melakukan semuanya sendiri. Puji Tuhan, di asrama aku mempunyai teman-teman yang baik dan begitu perhatian. Kehidupan di asrama mengajariku banyak hal. Tentang apa itu berbagi,apa itu kesetiaan,apa itu disiplin dan masih banyak hal lainnya. Walaupun awalnya terasa tak mudah namun aku berhasil melewati tahap tahun pertama dan kedua dengan baik. Aku mengatakan dengan baik karena aku berhasil melewati tahun pertama dan kedua dengan nilai cukup baik. Selain itu, kehidupan di asramaku tidak seperti yang dibayangkan orang-orang pada umumnya. Banyak yang mengatakan kehidupan di asrama itu mengerikan dan membosankan , namun bagiku justru sebaliknya. Asrama terasa menyenangkan dan seandainya bisa, aku ingin kembali ke masa-masa itu dan mengulang kembali semua kejadian yang pernah aku alami. Memang tidak semua peristiwa yang terjadi seperti yang diharapkan. Namun, aku percaya setiap peristiwa memiliki makna dan tujuan tersendiri bagi proses kehidupanku. Entah itu menyenangkan dan menyedihkan. Aku juga memiliki keyakinan ada alasan untuk setiap tetes air mata, setiap hembusan nafas dan sebuah tawa bahagia. Tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Semua terjadi untuk sebuah alasan dan tujuan.

Sampai akhirnya

Pada Oktober 2005, ada sebuah berita buruk yang mengagetkanku. Ketika itu aku sedang berada di lapangan basket mengikuti ekstrakulikuler. Sekitar pukul 18.00 kami selesai dan saat itu bertepatan dengan jam pembagian telepon genggam. Untuk informasi saja, di asramaku penggunaan telepon genggam tidak bebas. Kami diijinkan menggunakan telepon genggam dan menerima telepon dari luar asrama hanya satu jam setiap harinya. Untuk putri pukul 18.00 – 19.00 sedangkan untuk putra pukul 21.00 – 22.00.

Ketika telepon genggam dibagikan, aku langsung mengecek sms dan telepon tak terjawab di ponsel milikku. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari nomor asing yang tak kukenal. Begitu juga dengan sms yang masuk. Namun karena saat itu aku tidak memiliki pulsa, maka aku hanya membaca dan tidak membalas sms-sms tersebut. Setelah selesai mandi dan makan aku menerima sebuah telepon dari ponselku. Masih dari nomor asing yang tak aku kenal. Biasanya aku enggan untuk menerima atau menjawabnya namun entah mengapa kali ini aku menerimanya. Ternyata papa yang menelepon. Suara papa di ujung sana agak berbeda dari biasanya. Selain itu basa-basi yang papa lontarkan terdengar agak kaku dan dingin. Lalu tiba-tiba papa mengatakan bahwa papa dan mama sedang berada di Penang, Malayasia. Aku bingung. Kenapa mereka ke luar negri secara tiba-tiba. Setahuku kemarin mereka mengatakan bahwa mereka akan berangkat ke Medan untuk membaptis adikku paling kecil. Sebelum aku sempat melontarkan pertanyaan, papa sudah memberiku jawaban bahwa mereka berada di Penang Karena mama dikatakan postif terkena penyakit kanker. Papa juga mengatakan bahwa besok pagi mama akan dioperasi. Aku kaget bukan main karena selama ini mama tidak pernah mengatakan bahwa mama merasakan sesuatu dalam tubuhnya atau ada gejala-gejala awal yang menunjukkan mama terserang penyakit.

Mulai saat itu aku menjadi seseorang yang sangat sensitive. Aku sangat mudah meneteskan air mata dan menjadi pendiam. Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku hanya bisa menangis dan berdoa. Dukungan dari keluarga tak henti-hentinya aku terima walaupun hanya berupa telepon dan pesan singkat, itu sudah memberikan kekuatan tersendiri bagiku. Hari berikutnya aku menanti kabar dari papa namun tak ada kabar yang aku dapat. Aku menghubungi keluargaku namun mereka mengatakan bahwa mereka juga belum mendapatkan kabar. Perasaanku campur aduk saat itu. Aku takut sesuatu terjadi pada mama namun mereka merahasiakannya dariku.

Hari kedua, sekitar pukul 18.30 aku kembali menerima telepon dari papa. Aku langsung meneteskan air mata saat mendengar suara papa di seberang telepon. Aku memburu papa dengan berbagai pertanyaan. Papa mengatakan ‘Puji Tuhan, operasi berjalan lancar… mama dalam keadaan baik-baik saja…” Setelah itu aku mendengar suara mama. Rasa haru bercampur senang. Aku tak dapat mebendung air mataku yang jatuh. Mama mengatakan bahwa operasi berjalan lancar dan mama dalam keadaan baik-baik saja. Namun mama mengatakan bahwa mama masih harus menjalani beberapa proses penyembuhan seperti kemoterapi dan penyinaran. Aku tak mengerti apa itu kemoterapi dan penyinaran..yang penting bagiku saat itu hanyalah kesembuhan mama. Setelah menerima telepon itu aku merasa jauh lebih tenang.

Tak lama setelah itu aku menjalani test mid semester. Aku ingin test ini cepat berakhir karena aku tak sabar untuk bertemu dengan mama. Aku menjalani test dengan perasaan campur aduk dan pikiranku bercabang. Namun, Puji Tuhan aku dapat menyelesaikannya dengan cukup baik. Setelah semua test berakhir, aku langsung bergegas pulang ke Bekasi. Aku menaiki bis Ramayana dan butuh waktu 12 jam untuk sampai ke Bekasi. Selama perjalanan, perasaanku campur aduk.

Setibanya di Bekasi aku dijemput oleh papa. Aku masuk dalam nuansa dan suasana yang benar-benar baru. Rumah kami sudah tidak di Klender lagi saat itu, karena mama sudah pindah tugas ke GBKP Galaksi – Bekasi. Saat aku tiba di depan pagar rumah, aku melihat mama duduk di ruang tamu sambil membaca Alkitab. Saat itu mama mengenakan daster rumah yang longgar dan kepalanya dtutupi topi wol berwarna hijau. Aku langsung berlari menghampiri mama dan betapa terkejutnya aku saat melihat kepala mama yang tidak memiliki rambut. Mama botak ucapku dalam hati. Aku memeluk mama dan air mata tak mau berhenti menetes dari mataku. Mama mengatakan bahwa ini semua harus terjadi dan harus mama jalani. Mama terlihat begitu tegar dan kuat saat mengucapkan kata-kata itu. Aku hanya terdiam, tak mampu berkata-kata.

Selama aku berada di rumah, aku melihat mama lebih banyak menghabiskan waktu hanya di kamar karena kondisi fisiknya yang begitu lemah. Saat liburanku hampir berakhir, aku mengajak mama dan papa untuk berbelanja ke mall. Awalnya mama menolak namun sepertinya mama merasa kasihan denganku karena selama di asrama aku jarang berpergian maka mama mengiyakan permintaanku. Mama membelikan kebutuhan sehari-hari aku untuk asrama. Setelah itu kami pulang. Namun yang membuatku menyesal adalah semenjak malam itu, mama terserang flu dan demam. Demam dan flu yang diderita mama ternyata tidak sembuh juga setelah berhari-hari. Akhirnya mama dibawa ke dokter dan dokter mengatakan bahwa antibodi mama belum cukup baik sehingga mama sangat mudah terserang penyakit. Dokter menyarankan agar mama tidak berpergian ke tempat ramai dan rumah sakit.

Hufhh..semua salahku. Seandainya saja aku tidak meminta mama untuk pergi ke mall pasti mama tidak akan sakit. Mama terserang penyakit tersebut selama satu bulan. Bayangkan, hanya flu dan demam bisa menyerang seseorang dalam satu bulan. Aneh rasanya namun itulah yang terjadi pada mama. Selain itu mama juga harus minum jus buah dan sayuran. Buah dan sayuran yang dijus minimal 10 jenis dan semua dicampur menjadi satu. Entah apa rasanya brokoli, bit, strawberry, jeruk, wortel, pepaya, jambu, tomat, belimbing, timun dicampur menjadi satu. Aku melihat mama dengan pandangan yang sulit dijelaskan saat melihat mama menegak habis jus nano-nano tersebut. Mama sepertinya mengerti dengan tatapan anehku dan mama mengatakan bahwa rasanya nano-nano.

Melihat kondisi mama yang lemah dan harus meminum berbagai jus buah abracadabra itu membuatku mengurungkan niat untuk melanjutkan kuliah di kota lain. Saat itu juga aku memutuskan dan mengatakan bahwa aku akan kuliah di Jakarta dan menemani mama.

Setelah kembali ke asrama, aku harus kembali menjalani rutinitasku sepeti biasa. Berhubung aku duduk di kelas 3 SMA dan akan segera menghadapi ujian akhir nasional, aku memutuskan untuk menghabiskan waktu lebih banyak untuk belajar. Jujur saja, aku selalu merasa was-was dengan ujian akhir. Bahkan saat libur PAskah tiba, aku memutuskan untuk tetap di asrama dengan alasan meluangkan waktu lebih banyak untuk belajar. Aku belajar mati-matian. Aku takut gagal dan tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika aku gagal.

Akhirnya ujian akhir nasional pun tiba. Saat itu ada tiga mata pelajaran yang di UAN-kan, yaitu Bahasa Indonesia, Ekonomi dan Bahasa Inggris. Hari pertama berjalan dengan lancar namun saat ujian ekonomi, aku merasa tidak mampu menjawab soal-soal yang diberikan. Soal-soal yang kuhadapi begitu membingungkan dan membuatku tidak yakin atas jawaban-jawaban yang kupilih. Saat itu aku benar-benar merasa takut dan putus asa. Setelah selesai perasaanku tambah tidak tenang. Di sekolah aku menangis karena tidak tahu harus bagaimana lagi.

Aku berlari menuju asrama, langsung saja aku meminta ijin dari pembimbing asramaku untuk menghubungi kedua orang tuaku. Saat mendengar suara mama, tangisku pun pecah dan aku menumpahkan semua ketakutanku pada mama. Aku mengatakan pada mama bahwa kalau aku sampai tidak lulus, aku tidak mau ada di Indonesia lagi, aku mau pergi jauh bahkan aku mengatakan bahwa aku akan bunuh diri. Hmmm..memalukan memang. Tapi jujur, saat itu aku merasa bahwa usahaku sepertinya sia-sia. Perjuanganku selama tiga tahun terasa tak berarti bila ternyata benar aku dinyatakan tidak lulus dalam UAN ini. Mama terdengar sangat khawatir. Ingin rasanya meminta mama untuk dating, namun aku tidak tega mengingat kondisi fisik mama yang belum begitu sehat. Setelah selesai berbicara dengan mama perasaanku jauh lebih tenang dan aku mempersiapkan diri untuk ujian hari terakhir.

Hari terakhir aku menghadapi ujian Bahasa Inggris. Aku mencoba konsentrasi penuh walaupun agak sulit karena masih memikirkan ujian Ekonomi kemarin.Namun ujian Bahasa Inggris bisa kulalui dengan baik. Setelah selesai ujian, aku keluar kelas dan berjalan menuruni tangga menuju kantor administrasi sekolah. Bertemu dengan para pegawai administrasi yang cukup ramah. Selain itu aku juga bertanya apakah ada surat yang aku terima.

Saat melihat ruang tunggu, aku merasa bahwa aku mengenali sebuah tas berwarna pink yang ada di atas bangku kayu tersebut. Aku kontan saja bertanya pada pegawai administrasi dan ibu Cicil, pegawai administrasi tersebut hanya tersenyum tanpa berniat menjawab pertanyaanku. Ia tertawa sambil menanyakan alasan aku menangis kemarin. Aku menceritakan semua ketakutanku dan tiba-tiba aku mendengar suara pintu kamar mandi untuk tamu terbuka, aku langsung balik badan karena penasaran dengan pemilik tas tersebut. Saat melihat orang yang keluar tersebut, aku langsung berlari menghampirinya. Ternyata benar dugaanku, mama datang. Aku memeluk mama dengan sangat erat dan meneteskan air mata. Aku senang bercampur kaget melihat kedatangan mama. Mama mengatakan padaku bahwa mama tidak tenang karena teleponku kemarin. Ada perasaan bersalah yang menyelimuti pikiranku dan aku mengatakan pada mama bahwa tidak ada maksud untuk membuat mama khawatir. Mama mengelus pelan kepalaku dan memelukku dengan penuh kasih. Setelah itu aku berjalan ke arah kantor administrasi dan tersenyum senang sambil melihat kea rah ibu Cicil. Ibu Cicil menceritakan pada mama bahwa kemarin aku menangis. Setelah pamit kepada ibu Cicil, aku mengajak mama menemui suster pembimbing untuk meminta ijin agar aku dibolehkan meninggalkan asrama bersama mama. Suster memberikan ijin untukku walaupun hanya 2 hari namun aku merasa senang bukan main.

Mama mengajakku menginap di Jogja dan di sana kami menghabiskan waktu bersama. Aku begitu terenyuh melihat mama. Dengan kondisi fisik yang belum begitu sehat, mama menguatkan dirinya untuk datang ke asramaku. Untuk sampai ke asramaku dibutuhkan waktu tempuh 2 jam dari Jogjakarta menggunakan bus . Padahal aku tahu sekali karena kondisi fisik mama yang belum begitu sehat, mama agak mual bila naik bus dan merasa pusing-pusing namun mama melakukan itu semua untukku. Selain itu aku melihat kepala mama yang ditutupi topi wol berwarna hijau muda. Mama menutupinya bukan malu karena kepalanya botak. Mama selalu mengatakan bahwa setelah rambut mama dibotak,, maka akan tumbuh rambut baru yang lebih indah dan hidup mama pun akan menjadi hidup baru. Aku begitu kagum melihat ketangguhan dan kekuatan mama dalam menghadapi penyakit kanker.

Aku juga bersyukur untuk semua yang telah Tuhan berikan bagi keluarga kami. Saat mama papa tidak lagi memliki dana untuk membayar biaya yang harus dikeuarkan bagi pengobatan mama, Tuhan tidak pernah meninggalkan kami. Tuhan memberikan dana melalui tangan-tangan ajaib Tuhan. Cara-cara yang Tuhan berikan begitu ajaib dan tak pernah kami sangka. Puji Tuhan mama dapat menjalani semua proses dengan baik. Tuhan begitu ajaib. Saat Tuhan memberikan ujian, Tuhan juga memberikan jalan keluar bagi bagi anak-anakNya asalkan kita mau bersabar dan berserah. Selain itu saat kita merasa tidak ada jalan, Tuhan membuka jalan dan menuntun kita. Terimakasih Tuhan untuk setiap tangan-tangan ajaib, untuk setiap mujizat, untuk setiap berkat, untuk setiap anugerah dan untuk kesembuhan mama.

Setelah kemoterapi dan penyinaran selesai, mama diminta untuk melakukan control rutin 6 bulan sekali selama 5tahun. Puji Tuhan keadaan mama baik-baik saja. Walaupun fisik mama tidak seperti dulu lagi, namun kami tetap bersyukur untuk semua yang Tuhan telah berikan. Terimakasih untuk setiap tetes air mata, terimakasih untuk tangan-tangan ajaib itu, terimakasih untuk setiap tawa bahagia, terimakasih untuk seorang Mama, untuk seorang papa, untuk kedua adikku , untuk semua yang telah Engkau berikan, dan yang paling utama terimakasih TUHAN..Engkau mau lahir, hidup dan mati serta menjadi JURUSELAMATKU.. Amin




Tambahan untuk pandangan orang-orang mengenai GBKP Bekasi- Galaksi, khususnya PERMATA..pendapat yang mereka katakan menurut saya salah besar..Jika saya boleh mengutip sebuah lagu, maka saya akan mengutip lagu ini.. "Lihat segalanya lebih dekat..dan kau bisa menilai lebih bijaksana..." itulah lagu yang cocok untuk orang-orang yang menyatakan bahwa PERMATA GBKP Bekasi- Galaksi kurang bersahabat...Selama kurang lebih tiga tahun saya mengikuti PERMATA di tempat tersebut, tidak ada sikap kurang bersahabat, sombong dalam kamus PERMATA Bekasi.. Mungkin oknum-oknum (hahaa..bahasa saya terlalu bergaya sepertinya) yang mengatakan pandangan negatif mengenai PERMATA GBKP Bekasi-Galaksi tidak mengenal PERMATA Bekasi-Galaksi dengan dekat sehingga langsung menarik kesimpulan seperti itu..Cobalah untuk mengenal sesuatu lebih dekat dan dalam, setelah itu baru memberikan pandangan dan pernyataan...juga silahkan berkomentar...

Selasa, 06 Juli 2010

Ketakutanku


Jujur..perpisahan kita kemarin malam menyisakan sebuah pertanyaan besar di dalam rongga hatiku..entah apa..namun yang jelas..aku merasa kamu berbeda..tak seperti yang biasanya aku kenal..
Aku mencoba menepis semua prasangka buruk itu..namun semua itu malah menjadi semakin kuat saat aku mendengar suaramu di telepon..suaramu tak sehangat dan seramah biasanya..kamu terkesan dingin dan kaku..

Padahal..baru beberapa malam yang lalu aku minta padamu jangan dulu pergi sampai aku BISA..dan kamu menyanggupi permintaanku..kamu berjanji akan tetap bersama denganku sampai aku BISA..
BISA mengalahkan perasaan itu..BISA melewati semua ini dan BISA merelakan perasaan itu..
Kamu tahu sendiri..itu semua tak mudah..dan terlalu menyakitkan..

Tapi apa yang terjadi sekarang??
Kamu diam dalam keheningan..
Kamu tak menjawab panggilanku..
Kamu menjauhiku..
Kamu pergi pelan-pelan meninggalkanku..berharap aku tak tahu kepergianmu..
dan tak menyadarinya..


Kamu tahu??
itu menyakitkan..terlalu menyakitkan..
Lebih baik..kamu mengatakan padaku dengan terus terang bahwa kamu membenciku..`
atau kamu muak dan bosan denganku..itu semua lebih baik dibandingkan kamu diam dan tiba-tiba meninggalkankun tanpa alasan yang pasti dan jelas..

Karena diam tidak memberi alasan apa-apa..
diam tidak menjawab apa-apa
dan diam juga tidak membuatku berhenti menyimpan perasaan ini..
bahkan perasaan ini akan bertahan semakin kuat...

sighhh..

sudah ratusan helaan nafas kuhabiskan menunggu jawaban darimu..
dan ribuan tetes air mata yang jatuh membasahi pipiku
dan kamupun masih tetap diam saat ini...


Kalaupun kamu memang ingin pergi dan menjauhiku...
Aku rela dan akan membiarkanmu pergi..
Aku BERJANJI..
tapi tolong beri aku satu ALASAN saja..
itu sudah lebih dari cukup bagiku..

Kamis, 01 Juli 2010

Kamu tahu ? Aku takut


Seperti yang pernah kukatakan padamu..
Masih tentang pembicaraan kita via telepon genggam tengah malam kemarin..

Aku takut..
Bila nanti akhirnya kamu menyadari kesalahan yang telah kita perbuat..
Bila nanti akhirnya kamu menyadari ini semua dan bermaksud kembali ke jalan yang seharusnya..
Bila nanti akhirnya kamu bosan dengan semua kesia-siaan ini..
Bila nanti akhirnya kamu mematuhi aturan-aturan itu..
Bila nanti akhirnya kamu muak dengan semua kenaifan kita..
Bila nanti akhirnya kamu memutuskan untuk mengakhiri ini semua..

Karena bila itu semua terjadi tak'kan ada lagi KITA..
dan yang paling menyakitkan..semua rasa yang telah kita tanam dan miliki harus dibuang dengan percuma tanpa bekas..
dan aku harus berpura-pura seolah-olah tidak pernah ada apa-apa di antara kita..
Padahal..kamu dan aku tahu dengan sangat jelas dan pasti bahwa pernah ada sesuatu di antara kita..
Ada sebuah rasa dan asa yang menyatukan kita..
Ada sepenggal kisah pahit-manis di antara kita..
Ada banyak kenangan manis yang mewarnai hari-hari kita..
Ada begitu banyak mimpi yang membuat kita tetap berjalan bersama sambil bergandengan tangan..

Pasti akan terasa sangat menyakitkan dan ngilu ketika aku dipaksa untuk menghapus semua itu .
Aku terlanjur nyaman..aku terlanjur menginginkanmu..aku terlanjur mengharapkanmu..
dan aku terlalu takut kehilanganmu....

arghhh..




saat aku berada di titik kelemahanku

perjalanan singkat hidupku


Babak baru dalam hidupku dimulai ketika aku memutuskan untuk meninggalkan Jakarta dan melanjutkan pendidikan di kota kecil bernama Bedono. Orang-orang banyak yang bertanya kenapa aku akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Jakarta dan melanjutkan pendidikan di kota kecil karena biasanya orang akan melakukan hal sebaliknya dengan yang kulakukan. Aku hanya tersenyum kecil ketika semua orang bertanya dan menjawab ”Nurutin keinginan hati lagian bosen tinggal di Jakarta, SUMPEK!!” jawabku jujur. Memang itulah alasanku. Sejak duduk di bangku kelas 6 SD aku sudah membayangkan bahwa aku akan melanjutkan pendidikan ketika SMA atau Perguruan Tinggi di kota lain. Aku melanjutkan pendidikan di kota ini untuk memenuhi keinginan hati yang lama terpendam dan aku memang bosan dengan keadaan kota Jakarta yang semakin lama semakin ruwet dan sumpek.

Masih jelas dalam ingatanku. Aku tiba di desa itu tanggal 12 Juli 2004 diantar oleh adik dan mama. Saat berpisah dengan mama dan adik ada sebuah rasa haru yang menghantui hati ini. Namun aku tahu bahwa aku tak boleh mundur dan menyerah. Ini sudah keputusanku dan aku harus tetap maju.

Setelah mama dan adik pergi, aku dan teman-teman asrama putri yang jumlahnya hanya 19 orang pun masuk ke sebuah bangsal besar bernama Marcellina. Marcellina adalah sebuah bangsal yang nantinya akan menjadi saksi bisu perjuangan kami selama 3 tahun di SMA ini. Aku dan 18 orang temanku hanya diberi waktu 15 menit untuk merapikan barang-barang kami setelah itu kami merapikan tempat tidur kami. waktu yang diberikan juga hanya 15 menit. Sungguh hal yang mustahil bagi kami merapikan tempat tidur yang kasurnya berat sekali hanya dalam 15 menit. Selain itu kayu kamar tidur kami pun bentuknya bertingkat. Agak susah bagi pemilik tempat tidur yang letaknya di atas untuk merapikan tempat tidurnya seorang diri. Kebetulan aku dapat tempat tidur di bawah dan tidak sulit bagiku untuk merapikan tempat tidur milikku. Akhirnya seorang teman yang memiliki tempat tidur di bawah memiliki inisiatif untuk membantu teman yang mendapat jatah tidur di atas. Aku tersenyum melihatnya. Aku pun membantu teman yang tidurnya di atas tempat tidurku. Ternyata nama teman yang tidur di atau pun mata pelajaran umum lainnya. Di SMA dan di asrama aku diajarkan untuk saling berbagi satu dengan yang lainnya. Sebelum aku masuk asrama, jujur saja aku memiliki sifat yang egois dan tidak mau kalah. Karena sebagai anak pertama biasanya akulah yang memegang peranan penting dalam memutuskan banyak hal. Aku juga memiliki sifat yang sangat suka mengatur. Namun di asrama aku belajar untuk tidak mengatur orang lain karena (akhirnya) aku tahu bahwa sangat menjengkelkan rasanya diatur oleh orang lain (apalagi orang yang mengatur belum tentu benar).

Selain itu aku juga belajar menghormati dan menghargai upacara perayaan agama Katolik yang memiliki perbedaan dengan kepercayaanku (aku beragama Kristen Protestan). Di asrama aku memiliki teman yang berasal dari berbagai macam suku, agama dan daerah. Mereka semua memiliki keunikan dan perbedaan satu dengan yang lainnya. Temanku yang berasal dari daerah Semarang memiliki sifat agak ceriwis dan blak-blakan. Sementara yang berasal dari Bali (um, sebenarnya dia bukan orang Bali hanya saja ia dibesarkan di Bali) kalau berbicara logatnya lucu namun bicaranya halus.
Ada juga yang dari Flores, awalnya ia pendiam dan malu-malu namun setelah sekian lama bersama akhirnya muncul sifat aslinya yang suka berbicara apa adanya dan berterus terang. Sementara yang berasal dari Solo bicaranya sangat pelan dan lembut. Mereka semua unik dan punya kenangan manis yang membekas di dalam ingatanku.
Kebersamaan dengan penghuni Marcellina selama 3 tahun akhirnya membentuk diriku menjadi seorang yang berbeda. Maksduku dengan kata berbeda di sini adalah aku mengalami proses pendewasaan. Aku yang dulunya hanya tahu semua kebutuhanku selalu beres dan siap ketika aku membutuhkannya, kini aku belajar menyiapkan semua itu sendiri. Karena di asrama aku dituntut untuk mandiri dan melaksanakan semua kewajibanku sendiri. Selain itu aku yang tadinya bicara ceplas-ceplos tanpa disaring kini akhirnya belajar untuk menyaring setiap perkataan yang keluar dari bibirku. Aku harus berfikir terlebih dahulu apakah kata-kata yang akan kuucapkan akan menyakitkan teman bicaraku atau tidak. Walaupun sebenarnya kata-kata yang kuucapkan adalah kenyataan. Namun tidak sedikit orang yang tersinggung jika yang dikatakan adalah yang sebenarnya karena terkadang kenyataan itu memang menyakitkan. Hehe..aku malah jadi terlalu asyik berfilosofi.

Ok,,kembali ke konteks awal. Di asrma juga aku diajarkan untuk berbagi satu dengan yang lain. Kenangan manis yang selalu kuingat adalah ketika satu teman mempunyai makanan, maka penghuni Marcellina yang lainnya pun harus ikut menikmati makanan tersebut. Sungguh kebersamaan yang sulit terlupakan. Aku juga belajar bahwa hidup itu tak selalu mulus. Di asrama aku tahu bahwa teman-temanku berasal dari kondisi dan keadaan keluarga yang berbeda-beda. Mereka semua masuk asrama ini pun dengan alasan yang berbeda-beda. Namun semua perbedaan itu tidak lantas membuat kami menjadi bermusuhan justru perbedaan itu membuat kami saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Karena dengan perbedaan kami belajar menutupi kekurangan dan menambahkan kelebihan diri kami satu dengan yang lainnya.
Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat untuk dijalani. Namun ketika sampai di ujung tahun dan waktu untuk berpisah, ada rasa haru yang menghantui dada dan ingin rasanya kembali lagi ke masa-masa itu. Masa pembentukan dan proses yang terkadang menyakitkan namun berbuah indah pada akhirnya..

Untitle


Sore ini akan menjadi sore terakhir kebersamaan kami.

Mulai sore ini,
tak'kan ada lagi segelas cappucino dingin dan sepotong tiramisu yang menemani kami menghabiskan senja..
tak'kan ada lagi acara menghabiskan malam minggu berdua menikmati temaram lampu kota Jakarta..
tak'kan ada lagi genggaman hangat dan pelukan nyaman yang menguatkan aku ketika aku rapuh..
tak'kan ada lagi segelas teh manis hangat yang menutup acara makan malam kami bersama..
tak'kan ada lagi kebiasaan mengendarai mobil sedan hitam membelah jalanan kota Jakarta..
tak'kan ada lagi telepon tengah malam yang menghantarku untuk tidur dengan pulas..
tak'kan ada lagi alunan lagu bak artis papan atas yang menemani sepiku..
tak'kan ada lagi suara COOL yang keluar dari bibirku saat mendengar bunyi klakson dari motor seksi itu..
tak'kan ada lagi lelucon-lelucon konyol yang membuatku tertwaterbahak-bahak..
tak'kan ada lagi yang menghapus air mataku dengan kaos pudar kesayangannya..
tak'kan ada lagi yang mengejekku dengan sebutan bocah 10 tahun...

Ya..semua itu akan segera berlalu dari hidupku..PASTI !! Cepat atau lambat..
Aku yakin..bahkan sangat yakin...

bukan,,
bukan karena aku tak lagi menginginkannya..
bukan karena aku tak lagi menyayanginya..
bukan karena aku tak lagi mengharapkannya..
bukan karena aku sudah bosan dengannya..
bukan karena aku sudah memiliki penggantinya..
juga bukan karena aku dan dia memiliki prinsip yang berbeda..
bukan karena itu semua..
hanya saja..karena aku dan dia memiliki terlalu banyak kesamaan dan kedekatan..
ITU saja..

menyakitkan memang..
kisah kami sungguh unik..
tidak bersama bukan karena seperti yang biasa orang lain alami..
orang lain berpisah dengan alasan
"PERBEDAAN PRINSIP..
PERBEDAAN PANDANGAN.
PERBEDAAN KELAS EKONOMI..
dan PERBEDAAN-PERBEDAAN lainnya"


kisah kami unik...dan tak dapat kupercaya dengan akal sehatku.
Kami harus berpisah dengan alasan karena terlalu banyak kesamaan di antara kami..
Itu saja..


Sigh..

Jakarta kala senja

Tentang kamu

Masih tentang kamu..

Jujur..aku tak dapat memberi alasan dan penjelasan secara konkrit mengenai ini semua..

Entah apa alasanku tetap bertahan dan menjalani ini semua..

Ia membuatku mengingkari sesuatu yang selama ini begitu kuagung-agungkan dan kudambakan akan kumiliki dan kudapatkan dengan menjalani ini semua..

Aku tahu..aku memulai ini semua berawal dari sebuah kebetulan dan kesalahan..
Kebetulan yang menyenangkan...sekaligus menyakitkan..
dan kebetulan itu (anehnya) tetap berlanjut..walaupun ada sebuah kesalahan besar yang begitu hebat yang mengawali ini semua..

Aku tetap melanjutkan ini semua dengan menganggap seolah-olah tidak ada kesalahan yang telah kami perbuat dan menutup mata,hati,dan telinga tentang keadaan kami..Serta bertahan sambil menahan rasa sakit yang menggerogoti rongga hatiku..Rasa sakit yang begitu ngilu..

Namun apa daya??

Aku terlanjur nyaman dengan ini semua..dan aku tak mau menyudahinya..

Keterlaluan??
ya..aku keterlaluan..

Gila??
Ya..aku gila..tapi bukan hanya aku yang gila..ia juga gila..

Aku dan dia tidak hanya keterlaluan dan gila
namun...
Aku dan dia juga sama-sama buta..sama-sama tuli..

Kamu tahu kenapa??

Karena..
Aku dan dia memulai sesuatu yang seharusnya tak pernah kami mulai..
Aku dan dia memiliki sesuatu yang seharusnya tak pernah kami miliki..
Aku dan dia menutup mata akan keadaan yang sebenarnya sedang terjadi di hadapan kami..
dan sebisa mungkin menutup semua suara hati yang berteriak..



namun..kami terlanjur nyaman dengan ini semua..
jadi salahkah kami bila kami tak ingin mengakhirinya dan mengingkarinya??


Jakarta 22.45