Selasa, 06 Juli 2010

Ketakutanku


Jujur..perpisahan kita kemarin malam menyisakan sebuah pertanyaan besar di dalam rongga hatiku..entah apa..namun yang jelas..aku merasa kamu berbeda..tak seperti yang biasanya aku kenal..
Aku mencoba menepis semua prasangka buruk itu..namun semua itu malah menjadi semakin kuat saat aku mendengar suaramu di telepon..suaramu tak sehangat dan seramah biasanya..kamu terkesan dingin dan kaku..

Padahal..baru beberapa malam yang lalu aku minta padamu jangan dulu pergi sampai aku BISA..dan kamu menyanggupi permintaanku..kamu berjanji akan tetap bersama denganku sampai aku BISA..
BISA mengalahkan perasaan itu..BISA melewati semua ini dan BISA merelakan perasaan itu..
Kamu tahu sendiri..itu semua tak mudah..dan terlalu menyakitkan..

Tapi apa yang terjadi sekarang??
Kamu diam dalam keheningan..
Kamu tak menjawab panggilanku..
Kamu menjauhiku..
Kamu pergi pelan-pelan meninggalkanku..berharap aku tak tahu kepergianmu..
dan tak menyadarinya..


Kamu tahu??
itu menyakitkan..terlalu menyakitkan..
Lebih baik..kamu mengatakan padaku dengan terus terang bahwa kamu membenciku..`
atau kamu muak dan bosan denganku..itu semua lebih baik dibandingkan kamu diam dan tiba-tiba meninggalkankun tanpa alasan yang pasti dan jelas..

Karena diam tidak memberi alasan apa-apa..
diam tidak menjawab apa-apa
dan diam juga tidak membuatku berhenti menyimpan perasaan ini..
bahkan perasaan ini akan bertahan semakin kuat...

sighhh..

sudah ratusan helaan nafas kuhabiskan menunggu jawaban darimu..
dan ribuan tetes air mata yang jatuh membasahi pipiku
dan kamupun masih tetap diam saat ini...


Kalaupun kamu memang ingin pergi dan menjauhiku...
Aku rela dan akan membiarkanmu pergi..
Aku BERJANJI..
tapi tolong beri aku satu ALASAN saja..
itu sudah lebih dari cukup bagiku..

Kamis, 01 Juli 2010

Kamu tahu ? Aku takut


Seperti yang pernah kukatakan padamu..
Masih tentang pembicaraan kita via telepon genggam tengah malam kemarin..

Aku takut..
Bila nanti akhirnya kamu menyadari kesalahan yang telah kita perbuat..
Bila nanti akhirnya kamu menyadari ini semua dan bermaksud kembali ke jalan yang seharusnya..
Bila nanti akhirnya kamu bosan dengan semua kesia-siaan ini..
Bila nanti akhirnya kamu mematuhi aturan-aturan itu..
Bila nanti akhirnya kamu muak dengan semua kenaifan kita..
Bila nanti akhirnya kamu memutuskan untuk mengakhiri ini semua..

Karena bila itu semua terjadi tak'kan ada lagi KITA..
dan yang paling menyakitkan..semua rasa yang telah kita tanam dan miliki harus dibuang dengan percuma tanpa bekas..
dan aku harus berpura-pura seolah-olah tidak pernah ada apa-apa di antara kita..
Padahal..kamu dan aku tahu dengan sangat jelas dan pasti bahwa pernah ada sesuatu di antara kita..
Ada sebuah rasa dan asa yang menyatukan kita..
Ada sepenggal kisah pahit-manis di antara kita..
Ada banyak kenangan manis yang mewarnai hari-hari kita..
Ada begitu banyak mimpi yang membuat kita tetap berjalan bersama sambil bergandengan tangan..

Pasti akan terasa sangat menyakitkan dan ngilu ketika aku dipaksa untuk menghapus semua itu .
Aku terlanjur nyaman..aku terlanjur menginginkanmu..aku terlanjur mengharapkanmu..
dan aku terlalu takut kehilanganmu....

arghhh..




saat aku berada di titik kelemahanku

perjalanan singkat hidupku


Babak baru dalam hidupku dimulai ketika aku memutuskan untuk meninggalkan Jakarta dan melanjutkan pendidikan di kota kecil bernama Bedono. Orang-orang banyak yang bertanya kenapa aku akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Jakarta dan melanjutkan pendidikan di kota kecil karena biasanya orang akan melakukan hal sebaliknya dengan yang kulakukan. Aku hanya tersenyum kecil ketika semua orang bertanya dan menjawab ”Nurutin keinginan hati lagian bosen tinggal di Jakarta, SUMPEK!!” jawabku jujur. Memang itulah alasanku. Sejak duduk di bangku kelas 6 SD aku sudah membayangkan bahwa aku akan melanjutkan pendidikan ketika SMA atau Perguruan Tinggi di kota lain. Aku melanjutkan pendidikan di kota ini untuk memenuhi keinginan hati yang lama terpendam dan aku memang bosan dengan keadaan kota Jakarta yang semakin lama semakin ruwet dan sumpek.

Masih jelas dalam ingatanku. Aku tiba di desa itu tanggal 12 Juli 2004 diantar oleh adik dan mama. Saat berpisah dengan mama dan adik ada sebuah rasa haru yang menghantui hati ini. Namun aku tahu bahwa aku tak boleh mundur dan menyerah. Ini sudah keputusanku dan aku harus tetap maju.

Setelah mama dan adik pergi, aku dan teman-teman asrama putri yang jumlahnya hanya 19 orang pun masuk ke sebuah bangsal besar bernama Marcellina. Marcellina adalah sebuah bangsal yang nantinya akan menjadi saksi bisu perjuangan kami selama 3 tahun di SMA ini. Aku dan 18 orang temanku hanya diberi waktu 15 menit untuk merapikan barang-barang kami setelah itu kami merapikan tempat tidur kami. waktu yang diberikan juga hanya 15 menit. Sungguh hal yang mustahil bagi kami merapikan tempat tidur yang kasurnya berat sekali hanya dalam 15 menit. Selain itu kayu kamar tidur kami pun bentuknya bertingkat. Agak susah bagi pemilik tempat tidur yang letaknya di atas untuk merapikan tempat tidurnya seorang diri. Kebetulan aku dapat tempat tidur di bawah dan tidak sulit bagiku untuk merapikan tempat tidur milikku. Akhirnya seorang teman yang memiliki tempat tidur di bawah memiliki inisiatif untuk membantu teman yang mendapat jatah tidur di atas. Aku tersenyum melihatnya. Aku pun membantu teman yang tidurnya di atas tempat tidurku. Ternyata nama teman yang tidur di atau pun mata pelajaran umum lainnya. Di SMA dan di asrama aku diajarkan untuk saling berbagi satu dengan yang lainnya. Sebelum aku masuk asrama, jujur saja aku memiliki sifat yang egois dan tidak mau kalah. Karena sebagai anak pertama biasanya akulah yang memegang peranan penting dalam memutuskan banyak hal. Aku juga memiliki sifat yang sangat suka mengatur. Namun di asrama aku belajar untuk tidak mengatur orang lain karena (akhirnya) aku tahu bahwa sangat menjengkelkan rasanya diatur oleh orang lain (apalagi orang yang mengatur belum tentu benar).

Selain itu aku juga belajar menghormati dan menghargai upacara perayaan agama Katolik yang memiliki perbedaan dengan kepercayaanku (aku beragama Kristen Protestan). Di asrama aku memiliki teman yang berasal dari berbagai macam suku, agama dan daerah. Mereka semua memiliki keunikan dan perbedaan satu dengan yang lainnya. Temanku yang berasal dari daerah Semarang memiliki sifat agak ceriwis dan blak-blakan. Sementara yang berasal dari Bali (um, sebenarnya dia bukan orang Bali hanya saja ia dibesarkan di Bali) kalau berbicara logatnya lucu namun bicaranya halus.
Ada juga yang dari Flores, awalnya ia pendiam dan malu-malu namun setelah sekian lama bersama akhirnya muncul sifat aslinya yang suka berbicara apa adanya dan berterus terang. Sementara yang berasal dari Solo bicaranya sangat pelan dan lembut. Mereka semua unik dan punya kenangan manis yang membekas di dalam ingatanku.
Kebersamaan dengan penghuni Marcellina selama 3 tahun akhirnya membentuk diriku menjadi seorang yang berbeda. Maksduku dengan kata berbeda di sini adalah aku mengalami proses pendewasaan. Aku yang dulunya hanya tahu semua kebutuhanku selalu beres dan siap ketika aku membutuhkannya, kini aku belajar menyiapkan semua itu sendiri. Karena di asrama aku dituntut untuk mandiri dan melaksanakan semua kewajibanku sendiri. Selain itu aku yang tadinya bicara ceplas-ceplos tanpa disaring kini akhirnya belajar untuk menyaring setiap perkataan yang keluar dari bibirku. Aku harus berfikir terlebih dahulu apakah kata-kata yang akan kuucapkan akan menyakitkan teman bicaraku atau tidak. Walaupun sebenarnya kata-kata yang kuucapkan adalah kenyataan. Namun tidak sedikit orang yang tersinggung jika yang dikatakan adalah yang sebenarnya karena terkadang kenyataan itu memang menyakitkan. Hehe..aku malah jadi terlalu asyik berfilosofi.

Ok,,kembali ke konteks awal. Di asrma juga aku diajarkan untuk berbagi satu dengan yang lain. Kenangan manis yang selalu kuingat adalah ketika satu teman mempunyai makanan, maka penghuni Marcellina yang lainnya pun harus ikut menikmati makanan tersebut. Sungguh kebersamaan yang sulit terlupakan. Aku juga belajar bahwa hidup itu tak selalu mulus. Di asrama aku tahu bahwa teman-temanku berasal dari kondisi dan keadaan keluarga yang berbeda-beda. Mereka semua masuk asrama ini pun dengan alasan yang berbeda-beda. Namun semua perbedaan itu tidak lantas membuat kami menjadi bermusuhan justru perbedaan itu membuat kami saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Karena dengan perbedaan kami belajar menutupi kekurangan dan menambahkan kelebihan diri kami satu dengan yang lainnya.
Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat untuk dijalani. Namun ketika sampai di ujung tahun dan waktu untuk berpisah, ada rasa haru yang menghantui dada dan ingin rasanya kembali lagi ke masa-masa itu. Masa pembentukan dan proses yang terkadang menyakitkan namun berbuah indah pada akhirnya..

Untitle


Sore ini akan menjadi sore terakhir kebersamaan kami.

Mulai sore ini,
tak'kan ada lagi segelas cappucino dingin dan sepotong tiramisu yang menemani kami menghabiskan senja..
tak'kan ada lagi acara menghabiskan malam minggu berdua menikmati temaram lampu kota Jakarta..
tak'kan ada lagi genggaman hangat dan pelukan nyaman yang menguatkan aku ketika aku rapuh..
tak'kan ada lagi segelas teh manis hangat yang menutup acara makan malam kami bersama..
tak'kan ada lagi kebiasaan mengendarai mobil sedan hitam membelah jalanan kota Jakarta..
tak'kan ada lagi telepon tengah malam yang menghantarku untuk tidur dengan pulas..
tak'kan ada lagi alunan lagu bak artis papan atas yang menemani sepiku..
tak'kan ada lagi suara COOL yang keluar dari bibirku saat mendengar bunyi klakson dari motor seksi itu..
tak'kan ada lagi lelucon-lelucon konyol yang membuatku tertwaterbahak-bahak..
tak'kan ada lagi yang menghapus air mataku dengan kaos pudar kesayangannya..
tak'kan ada lagi yang mengejekku dengan sebutan bocah 10 tahun...

Ya..semua itu akan segera berlalu dari hidupku..PASTI !! Cepat atau lambat..
Aku yakin..bahkan sangat yakin...

bukan,,
bukan karena aku tak lagi menginginkannya..
bukan karena aku tak lagi menyayanginya..
bukan karena aku tak lagi mengharapkannya..
bukan karena aku sudah bosan dengannya..
bukan karena aku sudah memiliki penggantinya..
juga bukan karena aku dan dia memiliki prinsip yang berbeda..
bukan karena itu semua..
hanya saja..karena aku dan dia memiliki terlalu banyak kesamaan dan kedekatan..
ITU saja..

menyakitkan memang..
kisah kami sungguh unik..
tidak bersama bukan karena seperti yang biasa orang lain alami..
orang lain berpisah dengan alasan
"PERBEDAAN PRINSIP..
PERBEDAAN PANDANGAN.
PERBEDAAN KELAS EKONOMI..
dan PERBEDAAN-PERBEDAAN lainnya"


kisah kami unik...dan tak dapat kupercaya dengan akal sehatku.
Kami harus berpisah dengan alasan karena terlalu banyak kesamaan di antara kami..
Itu saja..


Sigh..

Jakarta kala senja

Tentang kamu

Masih tentang kamu..

Jujur..aku tak dapat memberi alasan dan penjelasan secara konkrit mengenai ini semua..

Entah apa alasanku tetap bertahan dan menjalani ini semua..

Ia membuatku mengingkari sesuatu yang selama ini begitu kuagung-agungkan dan kudambakan akan kumiliki dan kudapatkan dengan menjalani ini semua..

Aku tahu..aku memulai ini semua berawal dari sebuah kebetulan dan kesalahan..
Kebetulan yang menyenangkan...sekaligus menyakitkan..
dan kebetulan itu (anehnya) tetap berlanjut..walaupun ada sebuah kesalahan besar yang begitu hebat yang mengawali ini semua..

Aku tetap melanjutkan ini semua dengan menganggap seolah-olah tidak ada kesalahan yang telah kami perbuat dan menutup mata,hati,dan telinga tentang keadaan kami..Serta bertahan sambil menahan rasa sakit yang menggerogoti rongga hatiku..Rasa sakit yang begitu ngilu..

Namun apa daya??

Aku terlanjur nyaman dengan ini semua..dan aku tak mau menyudahinya..

Keterlaluan??
ya..aku keterlaluan..

Gila??
Ya..aku gila..tapi bukan hanya aku yang gila..ia juga gila..

Aku dan dia tidak hanya keterlaluan dan gila
namun...
Aku dan dia juga sama-sama buta..sama-sama tuli..

Kamu tahu kenapa??

Karena..
Aku dan dia memulai sesuatu yang seharusnya tak pernah kami mulai..
Aku dan dia memiliki sesuatu yang seharusnya tak pernah kami miliki..
Aku dan dia menutup mata akan keadaan yang sebenarnya sedang terjadi di hadapan kami..
dan sebisa mungkin menutup semua suara hati yang berteriak..



namun..kami terlanjur nyaman dengan ini semua..
jadi salahkah kami bila kami tak ingin mengakhirinya dan mengingkarinya??


Jakarta 22.45